MANAJEMEN
PESERTA DIDIK
MAKALAH
INI DIBUAT UNTUK BAHAN DISKUSI KELAS
DALAM
MATA KULIAH
MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
DOSEN PEMBIMBING
Dr. EDY JUNAEDI SASTRADIHARJA M.Pd
DISUSUN OLEH :
- DIDIK AWALUDIN
- ANDI ABDURAHMAN
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT PTIQ JAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2016/2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaaniraahiim Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kelurga dan para sahabatnya yang
telah membawa dan menolong umat manusia dari kegelapan menuju cahaya kebenaran.
Alhamdulillah,
berkat rahmat Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini, sebagai
tugas pada mata kuliah Manajemen Pendidikan Islam.
Penulis
menghaturkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Edy Junaedi
Sastradiharja,M.Pd yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
Penulis
juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk
itu penulis membuka diri menerima segala masukan demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta Mei 2017
Penulis
A. Pendahuluan
Peserta didik tak ubahnya seperti anak sendiri bagi pendidik. Hal ini yang
menjadikan pendidik harus memperhatikan peserta didik dalam segala hal, karena
anak merupakan amanah dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT: “Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6). Ayat ini
menunjukkan bahwa sebagai orang tua/pendidik harus menjaga keluarganya dari api
neraka dengan berbagai cara pendidikan yang bagus sehingga dapat menghindarkan
anak/peserta didiknya dari api neraka. Pada pendidikan antara pendidik dan peserta didik memang tidak dapat
dipisahkan dan keduanya saling ada keterkaitan, karena keduanya merupakan
manusia yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Pendidik selaku orang tua kedua bagi peserta didik di sekolah tentunya
sangat mengharapkan kepada peserta didiknya untuk menjadi manusia yang berguna
bagi Agama, Nusa dan Bangsa. Cita-cita luhur ini tidak mudah untuk mencapainya,
oleh karena itu sangat diperlukan pengorbanan dan perjuangan yang tulus dan
ikhlas dari para pendidik. Selain itu, perlu adanya manajemen peserta didik
yang efektif dan efisien, sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan potensi fisik,kecerdasan intelektual,sosial,emosional,dankejiwaan
peserta didik.
B. Pengertian Peserta Didik
Manajemen peserta didik berasal
dari gabungan kata “manajemen” dan “peserta didik”.Dalam makna bahasa,
manajemen berarti ketatalaksanaan dan tata pimpinan.[1]
Selain itumanajemen juga berarti kepemimpinan terhadap suatu kelompok guna
mencapai tujuan.[2]
Sedangkan dalam makna teoritik, manajemen berarti ilmu atau seni mengatur
pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya lain secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan tertentu.Lebih luas lagi, Burhanuddin dengan
mengutip pendapat Harold Kontz mendefinisikan manajemen sebagai usaha
pencapaian tujuan yang diinginkan dengan membangun suatu lingkungan yang
kondusif terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam
sebuah kelompok yang terorganisir.[3]
Menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto(1982), pengelolaan peserta
didik adalahmerupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan
peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya
peserta didik tersebut darI suatu sekolah atau suatu lembaga.
Jadi, Manajemen peserta didikadalah suatu pengaturan
terhadap peserta didik disekolah,sejak peserta didik masuk sampai dengan
peserta didik lulus,bahkan menjadi alumni.Bidang kajian manajemen peserta
didik, sebenarnya meliputi; perencanaan kebutuhan peserta didik, rekruitmen
peserta didik, seleksi peserta didik, orientasi, penempatan peserta didik,
pembinaan dan pengembangan peserta didik, pencatatan dan pelaporan, serta
kelulusan dan alumni.
Peserta didik dalam pemaknaan regulasi kependidikan
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Sebutan “peserta didik”
tersebut, diberikan kepada: 1) peserta didik pada jenjang pendidikan dasar
dengan satuan pendidikan yang meliputi SD, MIatau bentuk lain yang sederajat
serta pendidikan dasar lanjutan yang berbentuk SMP dan MTs,atau bentuk lain
yang sederajat; 2) peserta didik pada jenjang Pendidikan menengah, dengan
satuan pendidikan yang meliputi SMA, SMK, dan MA. Pada jenjang pendidikan
Tinggi peserta didik disebut dengan “mahasiswa”.Meskipun demikian, ketika
dikaitkan dengan Hak untuk mendapatkan layanan pendidikan agama, maka semua
peserta didik di setiap satuan pendidikan, baik dalam jenjang pendidikan dasar,
menengah dan pendidikan tinggi, pada jalur pendidikan formal dan nonformal,
disebut dengan sebutan “peserta didik”.
Selain itu, peserta didik yang menuntut ilmu di pesantren
disebut dengan santri. Sebutan santri bersifat umum bagi seluruh peserta didik
pesantren,tidak dibatasi dengan usia, jenjang pendidikan dan jenis kelamin
mereka.Demikian pula sebutan santri tidak mengikat pada tempat tinggal peserta
didik. Seluruh peserta didik yang menuntut ilmu agama untuk memperbaiki
pengetahuan dan perilaku mereka yang kelak ditularkan pada orang lain, mereka
dinamakan santri.[4]
C. Hakikat pendidikan islam
Pendidikan
islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan
dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah anak didik tidak mempelajari islam kearah maksimal
pertumbuhan da perkembangannya.
Dalam
pendidikan formal kepala sekolah dapat berperan sebagai administrator, manajer,
dan supervisor. Ini berarti organisasi sekolah melaksanakan administrasi,
manajemen, dan supervise. Begitu pula halnya dengan organisasi-organisasi lain
pada hakikatnya melaksanakan ketiga aktivitas tersebut. Keluarga misalnya
adalah organisasi yang melaksanakan administrasi yaitu suatu aktivitas yang
mengupayakan kesejahteraan keluarga lahir batin, termasuk memberi pendidikan
kepada anak-anak mereka. Keluarga juga melakukan manajemen pendidikan tatkala
mereka memikirkan buku-buku apa saja yang perlu disediakan bagi anak-anak,
permainan-permainan macam mana yang baik, bagaimana cara mendisiplinkan anak,
dan sebagainya. Dan dalam proses pendidikan itu silih berganti bapak dan ibu
melakukan supervise. Ibu akan menjadi supervisor dalam memperingati bapak yang
salah mendidik putranya, sebaliknya bapak akan menjadi supervisor dalam membina
istri tentang cara mendidik putra.[5]
Pendidikan,
secara teoritis mengandung arti “member makan” (opvoeding) kepada jiwa anak
didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan sebagai
“menumbuhkan” kemampuan dasar manusia. Esensi dari potensi dinamis dalam setiap
diri manusia itu terletak dalam keyakinan atau keimanan, ilmu pengetahuan,
akhlak, dan pengalaman.
D. Tujuan Dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan
kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang
dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memeberikan arah bagi
pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang
menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan
kekuatan yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena
itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan hadist
(Sunnah Rasulullah).
Dalam pendidikan Islam, Sunah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu :
- Menjelaskan system pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.
- Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasullullah bersama sahabat.
Secara
lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa’Id Ismail Ali sebagaimana dikutip
langgulung terdiri dari 6 macam, yaitu; Al-Qur’an, sunnah,qaul al-shahabat,
masail al mursalah.’urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual Islam. Selain
itu, tujuannya yakni terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang
aktif, kreatif dan efektif sehingga akan dihasilkan proses pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik dan juga pendidik. Tidak hanya
itu, tujuan ini juga meliputi identifikasi kelemahan, kekuatan, peluang dan
ancaman dalam perencanaan. Jadi segala sesuatu yang sifatnya demikian juga akan
diidentifikasi dengan dilakukannya manajemen pendidikan.
Tujuan lainnya yaitu terciptanya peserta didik yang aktif
dalam pengembangan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya. Dengan demikian, anak tersebut akan bermanfaat di masyarakat, bangsa,
dan negara. Maka, manajemen pendidikan penting untuk dilaksanakan.
Mula-mula fungsi manajemen banyak ragamnya seperti:
merencanakan, mengorganisasi, menyusun staf, mengarahkan, mengkoordinasi, mengontrol, mencatat dan melaporkan, dan
menyusun anggaran belanja. Kemudian di buat menjadi lebih sederhana sehingga
terdiri dari merencanakan, mengorganisasi, member komando, mengkoordinasi, dan
mengontrol. Selanjutnya Hersey hanya menyebutkan 4 fungsi saja yaitu :
merencanakan, mengorganisasi, memotivasi, dan mengontrol.
fungsi
manajemen pendidikan sesuai dengan
pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan
Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan
1. Fungsi
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan
baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak
dicapai mendapatkan hasil yang optimal.
2. Fungsi
Pengorganisasian (organizing)
Menurut Terry pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen
dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur
manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
3. Fungsi
Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga
mereka menjadi pengajar yang
berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan
pengajaran guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya.
E. Prinsip Manajemen Peserta Didik
Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah
sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut
sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu prinsip. Prinsip
manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka memanage peserta
didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini haruslah selalu dipegang
dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah
sebagai berikut :
1 Manajemen
peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh
karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap
tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didikB
tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan
di luar sistem manajemen sekolah.
2 Segala
bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan
dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu
ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan
untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
3 Kegiatan-kegiatan
manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik
yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan.
Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya
konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan
menghargai.
4 Kegiatan
manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap
pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat
ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak
mungkin pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat
keengganan dari peserta didik sendiri.
5 Kegiatan
manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta
didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak
hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini
mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi
sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
6 Apa
yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan
manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik
di sekolah lebih-lebih di masa depan.[6]
F. Pendekatan Manajemen Peserta Didik
Dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, guru
perlu melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari perencanaan,
menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada
penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan yang dilakukan oleh
guru atau pendekatan pembelajaran.
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia pendekatan adalah proses, cara perbuatan
mendekati. Sedangkan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya,
profesinya) mengajar.[7]
Dengan demikian dapat disimpulkan pendekatan
guru adalah proses, cara atau perbuatan mendekati yang dilakukan seorang guru
kepada peserta didik untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan
efisien, dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif
dan bijaksana, pandangan guru terhadap siswa akan menentukan sikap dan
perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai
siswa, hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru
yang memandang siswa sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya
akan berbeda dengan guru yang memandang siswa sebagai makhluk yang sama dan
tidak ada perbedaan dalam segala hal, maka sangat penting meluruskan kekeliruan
dalam memandang setiap siswa, dalam memandang siswa sebaiknya dipandang bahwa
setiap siswa mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, sehingga guru dapat
dengan mudah melakukan pendekatan pengajaran.[8]
Sedangkan pendekatan pembelajaran menurut Syaiful Sagala merupakan jalan yang
akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional,
pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi
bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan
menggunakan materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam
tingkatan kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang
terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.[9]
1. Macam-Macam Pendekatan Guru
dalam Pembelajaran
Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut
untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode
pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan sesuatu
kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda
dengan pembelajaran lainnya. E. Mulyasa mengungkapkan lima pendekatan
pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu: [10]
- Pendekatan kompetensi
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu
yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan
proses pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat
rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Dengan
demikian dapat disimpulkan kompetensi merupakan indikator yang menunjukkan
kepada perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup
aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap
pelaksanaanya secara utuh. Paling tidak terdapat empat teoritis yang mendasari
pendidikan berdasarkan pendekatan kompetensi.
2. Pendekatan
lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan
lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan
pembelajaran akan menarik perhatian jika apa yang dipelajari diangkat dari
lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan
berfaedah bagi lingkungan.
Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti siswa mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di
lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Dalam hal ini siswa dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang
lain di lingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi.
3. Pendekatan
kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara
nyata, sehingga para siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pendekatan tematik
Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk
mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang
mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik
sering juga disebut pendekatan terpadu.
Pendekatan tematik atau pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menyatupadukan serangakaian pengalaman belajar, sehingga
terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
5. Pendekatan individu
Dalam sebuah ruangan kelas terdapat berbagai macam jenis
kepribadian peserta didik yang berbeda-beda, hal ini mesti diperhatikan oleh
seorang guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Perbedaan
individu siswa memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus
memperhatikan perbedaan siswa pada aspek individul ini. Pendekatan indvidual
ini mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan
kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Dalam pemilihan metode juga
seorang guru tidak bisa sembarangan dalam pendekatan individu, sehingga seorang
guru dalam proses kegiatan pembelajaran harus memperhatikan individual yang
dihadapinya.
Kesimpulan
Manajemen
Peserta Didik adalah kegiatan pencatatan peserta didik mulai dari proses
penerimaan hingga peserta didik tersebut lulus dari sekolah yang
disebabkan karena tamat atau karena sebab lain.
Kemudian Tujuan manajemen peserta didik adalah Sebagai
aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian anak didik, maka
pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja,untuk
merealisasikan pelaksanaan pendidikan yang
telah diprogramkan
Adapun fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana bagi
peserta didik untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin dan terbuka.
Sedangkan prinsip dari manajemen peserta didik adalah dipandang sebagai
pengaturan pembimbingan peserta didik. Mampu mendorong peserta didik untuk
memacu kemandiriannya, serta mampu memfungsionalkan masa depan peserta
didik.
Daftar Pustaka
Abd. Halim Subahar, Modernisasi
Pesantren: Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan
Sistem Pendidikan Pesantren
(Yogyakarta: LKiS, 2013), .
E. Mulyasa. Menjadi
Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/14/konsep-dasar-manajemen-peserta-didik
John Adair, Membina Calon
Pimpinan, terj. Soedjono Trimo (Jakarta: Bumi Aksara,1993),
John E. Chols dan Hasan
Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Grafindo,1998),
Made Pidarta, Manajemen
Pendidikan Indonesia, (Jakarta:PT Bina Aksara,1988)
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah
Profesional(Bandung: Rosda Karya, 2006
Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga,
(Jakarta:
Balai Pustaka, 2001),
Syaiful Bahri
Djamarah. Guru dan
Anak Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 5-6
Syaiful Sagala.
Konsep
dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 68
[4]
Abd. Halim Subahar, Modernisasi Pesantren: Studi Transformasi
Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2013), 39.
[7] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), hlm. 246
[10] E. Mulyasa. Menjadi
Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 96-106