Sabtu, 11 Mei 2019

Sekilas Info Pendaftaran Sanri Baru 2019-2020




SEKILAS INFO PENDAFTARAN
DAARUL MUTTAQIEN KAMPUS 1 CADAS
Tahun Pelajaran 2019-2020
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬
1. Total biaya pendaftaran santri baru untuk Daarul Muttaqien kampus 1 Cadas sebesar
Rp. 7.000.000,-  ( tujuh juta rupiah ) akan mendapatkan fasilitas  berupa :
a. Lemari      b). Seragam komplit    c) Buku pelajaran   d). Kasur  e) Formulir

2. Santri dinyatakan terdaftar dibuku besar pendaftaran bila sudah ada uang masuk (DP) minimal Rp. 2.000.000 ( dua juta rupiah ) dari jumlah uang pendaftaran.

3. Uang Pendaftaran boleh dicicil dari awal pendafataran ( 03 Februari 2019 ) sampai dengan akhir bulan Juni 2019

4. Uang Indekost santri  tiap bulannya sebesar  Rp. 500.000,- ( lima ratus ribu rupiah) dibayar pada tanggal 01 sampai tanggal 10 setiap bulannya, ( sudah termasuk makan 3 kali sehari dan SPP )

5.-Santri yang ingin menggunakan jasa Laundry dikenakan biaya Rp. 100.000/bulan
-Santri yang ingin mengikuti kegiatan komputer dikenakan biaya Rp.50.000/bulan ( wajib ikut )
-Santri yang ingin mengikuti kegiatan karate/silat dikenakan biaya  Rp. 25.000/bulan
-Santri yang ikut latihan pidato/ceramah dikenakan biaya Rp. 10.000/bulan ( wajib ikut )

6. Kebutuhan santri yang perlu di bawah dari rumah :
Perlengkapan sholat : Peci putih, peci hitam, Sarung , Sajadah, Iqro bagi yg masih iqro Sorban, Tasbih, Mukenah warna putih ( bagi perempuan )
Perlengkapan belajar : Buku Tulis sudah disampul (minimal 20 buah), Pensil dan Pulpen, Penggaris, Kaos Kaki putih dan hitam
Perlengkapan mandi dan nyuci : Sabun, sikat gigi, shampo, odol, deterjen, handuk, ember gayung, gantungan Baju
Perlengkapan Makan : Piring, sendok, gelas, teko, dan apa yang dibutuhkan
Perlengkapan Keseharian : Celana Panjang, kaos, baju kemeja, Makanan, Bantal, Sendal
Perlengkapan Tambahan : Baju gamis warna putuh umtuk putra dan warna bebas untuk putri
: sepatu warna hitam untuk putra dan sepatu olahraga untuk putri

7. Semua persyaratan pendaftaran adalah foto copy dan bukan yang Asli
- Untuk foto santri putra : baju putih, berdasi dan berpeci hitam background warna merah
- Untuk foto santri putri  : baju putih, kerudung hitam background warna merah
- Dan meyerahkan CD fotonya juga

8. Formulir pendaftaran dikumpulkan nanti berbarengan dengan santri masuk ke pesantren, Insya Allah pada Awal bulan Juli 2019

9. Ujian Tes Psikotes santri baru untuk penentuan kelas , meliputi :
Praktek Wudhu * Membaca Al-Quran
Hapalan Surat-surat Juz Amma * Menulis dan membaca Arab dan Inggris
Doa Keseharian

10. Info pendaftaran, Silahkan hubungi Panitia di bawah ini :
-Andi Abdurrahman, M.Pd. - Cianjur (0813-8309-9039)
-Dede Hermana, SE - Tigaraksa (0878-8383-8216)
-Aminuddin, MM  - Cirebon (0812-8080-6336)
-Fahrurrozi, S.Pd.I - Cadas (0878-0944-3029)
-Didik Awaludin, M.Pd. - Cikupa (0821-1282-0871)
-Juharyanto, S.Pd.I - Mauk (0895-4119-25796)

( Selalu hubungi panitia yang ada, dikuatirkan ada informasi terbaru
yang berkenaan dengan pendaftaran)

**
- Sisa Kuota Calon Santri Baru :
  MTs Putra : 25 santri.
  MTs Putri  : 15 Santri
  MA Putri   : 20 Santri
  MA Putra  : 10 Santri






Selasa, 08 Januari 2019

Pengertian & waktu Aqiqah

PENGERTIAN SINGKAT & WAKTU AQIQAH

Akekahan berasal dari bahasa Arab “aqiqah” yang memiliki beberapa makna. Di antaranya bermakna rambut kepala bayi yang telah tumbuh ketika lahir, atau hewan sembelihan yang ditujukan bagi peringatan dicukurnya rambut seorang bayi. Bila bayi itu laki-laki, maka hewan sembelihannya berupa dua ekor kambing. Bila perempuan, maka cukup dengan seekor kambing saja. Selain itu, akikah juga dapat bermakna sebuah upacara peringatan atas dicukurnya rambut seorang bayi.
Dalam sejarahnya, tradisi akikah merupakan warisan dari tradisi Arab pra Islam yang dilaksanakan dengan cara menyembelih
hewan kambing pada saat bayi lahir yang
kemudian darahnya dioleskan kepada kepala si bayi. Setelah Islam datang, kemudian praktik
tersebut diubah dengan mengolesi kepala
si bayi dengan minyak. Akikah dalam Islam
juga tidak membedakan bayi laki-laki dan
perempuan. Tidak sebagaimana tradisi Arab
pra Islam yang hanya mengkhususkan akikah
bagi bayi laki-laki. (Nasarudin Umar, 2002: 98)
Secara umum, hewan (kambing) yang
akan disembelih dalam acara akikah tidak
jauh berbeda dari berkurban di hari raya
idul adha. Baik dari jenis, usia hewan, tidak
cacat, niat dalam penyembelihan hewan serta
menyedekahkan daging (yang telah masak) ke sejumlah fakir miskin.
Secara sistematis, prosesi akikah dilihat
dari kadar kemampuan orang tua si bayi dalam pelaksanaannya terbagi menjadi lima tahapan
secara berurutan:

1. Jika di hari pertama kelahiran si
bayi sampai hari ketujuh orang tua si
bayi mampu secara ekonomi untuk
melaksanakan akikah, maka sebaiknya
segera dilaksananakan. Namun, jika
sampai hari ketujuh belum mampu, maka
boleh dilaksanakan sampai masa nifas ibu
bayi selesai, yakni dalam masa 60 hari.

2. Jika setelah ibu bayi selesai nifas dan
belum mampu melaksanakan akikah,
maka akikah boleh dilaksanakan hingga
berakhirnya masa menyusui (radha’ah),
yakni usia 2 tahun.

3. Jika sampai pada masa menyusui masih
juga belum mampu melaksanakan akikah,
maka dianjurkan agar akikah dilaksanakan
hingga anak berusia 7 tahun.

4. Jika sampai berusia 7 tahun dan belum
mampu melaksanakan akikah maka
dipersilakan berakikah sampai anak
berusia sebelum baligh.

5. Jika sampai berusia baligh dan orang tua
tidak mampu melaksanakan akikah, maka
si anak dipersilakan untuk melakukan
akikah untuk dirinya sendiri.
(KH. Muhammad Solikin, 2010: 147-148

Jumat, 05 Mei 2017

MANAJEMEN PESERTA DIDIK oleh DIDIK AWALUDIN


MANAJEMEN PESERTA DIDIK
MAKALAH INI DIBUAT UNTUK BAHAN DISKUSI KELAS
DALAM MATA KULIAH
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
       
DOSEN PEMBIMBING
Dr. EDY JUNAEDI SASTRADIHARJA M.Pd
DISUSUN OLEH :

- DIDIK AWALUDIN

- ANDI ABDURAHMAN

PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT PTIQ JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017



KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaaniraahiim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kelurga dan para sahabatnya yang telah membawa dan menolong umat manusia dari kegelapan menuju cahaya kebenaran.
Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini, sebagai tugas pada mata kuliah Manajemen Pendidikan Islam.
Penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Edy Junaedi Sastradiharja,M.Pd yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis membuka diri menerima segala masukan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta Mei 2017

Penulis











A.        Pendahuluan
Peserta didik tak ubahnya seperti anak sendiri bagi pendidik. Hal ini yang menjadikan pendidik harus memperhatikan peserta didik dalam segala hal, karena anak merupakan amanah dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6). Ayat ini menunjukkan bahwa sebagai orang tua/pendidik harus menjaga keluarganya dari api neraka dengan berbagai cara pendidikan yang bagus sehingga dapat menghindarkan anak/peserta didiknya dari api neraka. Pada pendidikan antara pendidik dan peserta didik memang tidak dapat dipisahkan dan keduanya saling ada keterkaitan, karena keduanya merupakan manusia yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidik selaku orang tua kedua bagi peserta didik di sekolah tentunya sangat mengharapkan kepada peserta didiknya untuk menjadi manusia yang berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa. Cita-cita luhur ini tidak mudah untuk mencapainya, oleh karena itu sangat diperlukan pengorbanan dan perjuangan yang tulus dan ikhlas dari para pendidik. Selain itu, perlu adanya manajemen peserta didik yang efektif dan efisien, sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi fisik,kecerdasan intelektual,sosial,emosional,dankejiwaan peserta didik.

B.        Pengertian Peserta Didik
Manajemen peserta didik berasal dari gabungan kata “manajemen” dan “peserta didik”.Dalam makna bahasa, manajemen berarti ketatalaksanaan dan tata pimpinan.[1] Selain itumanajemen juga berarti kepemimpinan terhadap suatu kelompok guna mencapai tujuan.[2] Sedangkan dalam makna teoritik, manajemen berarti ilmu atau seni mengatur pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.Lebih luas lagi, Burhanuddin dengan mengutip pendapat Harold Kontz mendefinisikan manajemen sebagai usaha pencapaian tujuan yang diinginkan dengan membangun suatu lingkungan yang kondusif terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam sebuah kelompok yang terorganisir.[3]
Menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto(1982), pengelolaan peserta didik adalahmerupakan suatu penataan atau pengaturan  segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut darI suatu sekolah atau suatu lembaga.
            Jadi, Manajemen peserta didikadalah suatu pengaturan terhadap peserta didik disekolah,sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus,bahkan menjadi alumni.Bidang kajian manajemen peserta didik, sebenarnya meliputi; perencanaan kebutuhan peserta didik, rekruitmen peserta didik, seleksi peserta didik, orientasi, penempatan peserta didik, pembinaan dan pengembangan peserta didik, pencatatan dan pelaporan, serta kelulusan dan alumni.
            Peserta didik dalam pemaknaan regulasi kependidikan adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sebutan “peserta didik” tersebut, diberikan kepada: 1) peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dengan satuan pendidikan yang meliputi SD, MIatau bentuk lain yang sederajat serta pendidikan dasar lanjutan yang berbentuk SMP dan MTs,atau bentuk lain yang sederajat; 2) peserta didik pada jenjang Pendidikan menengah, dengan satuan pendidikan yang meliputi SMA, SMK, dan MA. Pada jenjang pendidikan Tinggi peserta didik disebut dengan “mahasiswa”.Meskipun demikian, ketika dikaitkan dengan Hak untuk mendapatkan layanan pendidikan agama, maka semua peserta didik di setiap satuan pendidikan, baik dalam jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, pada jalur pendidikan formal dan nonformal, disebut dengan sebutan “peserta didik”.
            Selain itu, peserta didik yang menuntut ilmu di pesantren disebut dengan santri. Sebutan santri bersifat umum bagi seluruh peserta didik pesantren,tidak dibatasi dengan usia, jenjang pendidikan dan jenis kelamin mereka.Demikian pula sebutan santri tidak mengikat pada tempat tinggal peserta didik. Seluruh peserta didik yang menuntut ilmu agama untuk memperbaiki pengetahuan dan perilaku mereka yang kelak ditularkan pada orang lain, mereka dinamakan santri.[4]
C.  Hakikat pendidikan islam
Pendidikan islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan  serta perkembangan fitrah anak didik tidak mempelajari islam kearah maksimal pertumbuhan da perkembangannya.
Dalam pendidikan formal kepala sekolah dapat berperan sebagai administrator, manajer, dan supervisor. Ini berarti organisasi sekolah melaksanakan administrasi, manajemen, dan supervise. Begitu pula halnya dengan organisasi-organisasi lain pada hakikatnya melaksanakan ketiga aktivitas tersebut. Keluarga misalnya adalah organisasi yang melaksanakan administrasi yaitu suatu aktivitas yang mengupayakan kesejahteraan keluarga lahir batin, termasuk memberi pendidikan kepada anak-anak mereka. Keluarga juga melakukan manajemen pendidikan tatkala mereka memikirkan buku-buku apa saja yang perlu disediakan bagi anak-anak, permainan-permainan macam mana yang baik, bagaimana cara mendisiplinkan anak, dan sebagainya. Dan dalam proses pendidikan itu silih berganti bapak dan ibu melakukan supervise. Ibu akan menjadi supervisor dalam memperingati bapak yang salah mendidik putranya, sebaliknya bapak akan menjadi supervisor dalam membina istri tentang cara mendidik putra.[5]
Pendidikan, secara teoritis mengandung arti “member makan” (opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan sebagai “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia. Esensi dari potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu terletak dalam keyakinan atau keimanan, ilmu pengetahuan, akhlak, dan pengalaman.

D.  Tujuan Dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
            Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memeberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan hadist (Sunnah Rasulullah).
Dalam pendidikan Islam, Sunah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu :
  1. Menjelaskan system pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya. 
  2. Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasullullah bersama sahabat.
Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa’Id Ismail Ali sebagaimana dikutip langgulung terdiri dari 6 macam, yaitu; Al-Qur’an, sunnah,qaul al-shahabat, masail al mursalah.’urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual Islam. Selain itu, tujuannya yakni terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif sehingga akan dihasilkan proses pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik dan juga pendidik. Tidak hanya itu, tujuan ini juga meliputi identifikasi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam perencanaan. Jadi segala sesuatu yang sifatnya demikian juga akan diidentifikasi dengan dilakukannya manajemen pendidikan.
Tujuan lainnya yaitu terciptanya peserta didik yang aktif dalam pengembangan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Dengan demikian, anak tersebut akan bermanfaat di masyarakat, bangsa, dan negara. Maka, manajemen pendidikan penting untuk dilaksanakan.
            Mula-mula fungsi manajemen banyak ragamnya seperti: merencanakan, mengorganisasi, menyusun staf, mengarahkan, mengkoordinasi,  mengontrol, mencatat dan melaporkan, dan menyusun anggaran belanja. Kemudian di buat menjadi lebih sederhana sehingga terdiri dari merencanakan, mengorganisasi, member komando, mengkoordinasi, dan mengontrol. Selanjutnya Hersey hanya menyebutkan 4 fungsi saja yaitu : merencanakan, mengorganisasi, memotivasi, dan mengontrol.
            fungsi manajemen pendidikan  sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal.
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Menurut Terry pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
3. Fungsi Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pengajar  yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan pengajaran guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

E.  Prinsip Manajemen Peserta Didik
   Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu prinsip. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka memanage peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut :
1  Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didikB tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah.
2  Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
3  Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.
4  Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari peserta didik sendiri.
5  Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
6  Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.[6]

F.   Pendekatan Manajemen Peserta Didik
Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari perencanaan, menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran, sampai pada penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan  yang dilakukan oleh guru atau pendekatan pembelajaran.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendekatan adalah proses, cara perbuatan mendekati. Sedangkan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.[7]
            Dengan demikian dapat disimpulkan pendekatan guru adalah proses, cara atau perbuatan mendekati yang dilakukan seorang guru kepada peserta didik untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, pandangan guru terhadap siswa akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai siswa, hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru yang memandang siswa sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang siswa sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal, maka sangat penting meluruskan kekeliruan dalam memandang setiap siswa, dalam memandang siswa sebaiknya dipandang bahwa setiap siswa mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, sehingga guru dapat dengan mudah melakukan pendekatan pengajaran.[8] Sedangkan pendekatan pembelajaran menurut Syaiful Sagala merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional, pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait  satu dengan yang lainnya  dalam tingkatan kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.[9]
1.         Macam-Macam Pendekatan Guru dalam Pembelajaran
Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan sesuatu kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya. E. Mulyasa mengungkapkan  lima pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu: [10]
  1. Pendekatan kompetensi
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan kompetensi merupakan indikator yang menunjukkan kepada perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaanya secara utuh. Paling tidak terdapat empat teoritis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan kompetensi.
2.   Pendekatan lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan.
Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti siswa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dalam hal ini siswa dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain di lingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi.
3.   Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga para siswa  mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
4.   Pendekatan tematik
Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering juga disebut pendekatan terpadu.
Pendekatan tematik atau pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyatupadukan serangakaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
5.   Pendekatan individu
Dalam sebuah ruangan kelas terdapat berbagai macam jenis kepribadian peserta didik yang berbeda-beda, hal ini mesti diperhatikan oleh seorang guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Perbedaan individu siswa memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan siswa pada aspek individul ini. Pendekatan indvidual ini mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Dalam pemilihan metode juga seorang guru tidak bisa sembarangan dalam pendekatan individu, sehingga seorang guru dalam proses kegiatan pembelajaran harus memperhatikan individual yang dihadapinya.

Kesimpulan
            Manajemen Peserta Didik adalah kegiatan pencatatan peserta didik mulai dari proses penerimaan hingga peserta didik  tersebut lulus dari sekolah yang disebabkan karena tamat atau karena sebab lain.
Kemudian Tujuan manajemen peserta didik adalah Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian anak didik, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja,untuk merealisasikan pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan
Adapun fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin dan terbuka. Sedangkan prinsip dari manajemen peserta didik adalah  dipandang sebagai pengaturan pembimbingan peserta didik. Mampu mendorong peserta didik untuk memacu kemandiriannya, serta  mampu memfungsionalkan masa depan peserta didik.


Daftar Pustaka
Abd. Halim Subahar, Modernisasi Pesantren: Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan
Sistem Pendidikan Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2013), .
E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/14/konsep-dasar-manajemen-peserta-didik
John Adair, Membina Calon Pimpinan, terj. Soedjono Trimo (Jakarta: Bumi Aksara,1993),
John E. Chols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Grafindo,1998),
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta:PT Bina Aksara,1988)
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional(Bandung: Rosda Karya, 2006
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2001),
Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 5-6
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 68





[1] John E. Chols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Grafindo,1998),372
[2] John Adair, Membina Calon Pimpinan, terj. Soedjono Trimo (Jakarta: Bumi Aksara,1993),4.

[3] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional(Bandung: Rosda Karya, 2006), 8.

[4] Abd. Halim Subahar, Modernisasi Pesantren: Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2013), 39.
[5] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta:PT Bina Aksara,1988) h.12-13
[6] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/14/konsep-dasar-manajemen-peserta-didik
[7] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.  246
[8] Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 5-6
[9] Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 68
[10] E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 96-106